Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan
permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan
(approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan
kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode
pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan
keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
- Keruangan,
analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan
perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu
tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang
(areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
- Kelingkungan,
yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan
geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik
dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
- Kewilayahan,
yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam
ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya
yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan
kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan
kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan
pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh.
Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena,
gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai
unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan
permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan
masalah.
a.
Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis
yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure),
pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus,
1997).
Dalam
konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan
proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu:
(1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line
features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka
kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan
elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
- What? Struktur ruang apa itu?
- Where? Dimana struktur ruang
tesebut berada?
- When? Kapan struktur ruang
tersebut terbentuk sperti itu?
- Why? Mengapa struktur ruang
terbentuk seperti itu?
- How? Bagaimana proses
terbentukknya struktur seperti itu?
- Who suffers what dan who
benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan
tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak
positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan
kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola
keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena
titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara
implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa
contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster
linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi
(Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan
kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang (linier/axial/ribon);
kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded
pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan
gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses
keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang.
Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan
dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua
titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.
Kerangka
analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“....belakangan
sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu
sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan
menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu
diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan
masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu
dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto
tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat
di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan
zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan
menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam,
agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan
pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan
untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat
dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian
pada zona yang sesuai.
Studi fisik
demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai
Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat
pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka.
Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang
berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara
penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu
terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia
di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological
Approach).
Dalam
pendekatanini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun
pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan
yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan
hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula
dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta
relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan
ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam
sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut.
Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior
environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan
perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan
kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan
fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena
alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan
manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk
dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi
mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada
wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap
sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi
tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka
umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang
terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk
mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan
sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya
banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara
mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan
hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan
perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3)
mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan
antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari
alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam
geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk
memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat
dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga
dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan
yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu.
Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan
antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak
disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh
karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan
permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk
menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan
pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara
pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan
wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal
dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan,
sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan.
Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain telah
menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta
suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan
pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka
umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan
yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu
merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan
kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai
berikut.
- Menerapkan pendekatan
keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
- Menerapkan pendekatan
kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua
- Menganalisis keterkaitan antara
faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar