Interpretasi Foto Udara Skala 1 : 5.500 untuk Identifikasi Obyek

Interpretasi citra foto udara merupakan kegiatan mengidentifikasi obyek melalui foto udara. Kegiatan ini merupakan bagian terpenting dalam Inderja. Karena tanpa dikenali obyek yang ada di citra kita tidak dapat melakukan kegiatan apa-apa terhadap citra tersebut. Di Dalam Kartografis kita mengenal kenampakan simbol yang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu titik, garis dan area. Ke tiga kenampakann tersebut juga dapat terlihat pada foto udara.
Untuk dapat mengidentifikasi obyek melalui citra perlu dibantu dengan unsur-unsur interpretasi yang terdiri dari Rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi.
  1. Rona dan warna : Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra, dengan demikian rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya. Warna adalah ujud yang tampak pada mata, menunjukkan tingkat kegelapan yang beragam warna biru, hijau, kuning merah, jingga dan lainnya,
  2. Bentuk : merupakan variabel kualitatif yang memerikan kerangka suatu obyek. Dalam konteks ini bentuk dapat berupa bentuk yang tampak dari luar (umum), maupun menyangkut susunan atau struktur yang lebih rinci. Contoh; Gedung perkantoran biasanya berbentuk huruf I, L atau U; pohon kelapa berbentuk bintang, sedang pinus berbentu kerucut,
  3. Ukuran : merupakan atribut obyek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. Sebagai contoh : Ukuran suatu rumah dibedakan apakah rumah hunian, kantor, atau pabrik. Rumah hunian biasanya ukurannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan perkantoran atau pabrik,
  4. Tekstur : biasa dinyatakan dalam ujud kasar, halus atau bercak-bercak. Contoh: hutan biasanya tampak bertekstur kasar, sedangkan belukar berstekstur sedang, semak bertekstur halus. Permukaan air bertekstur halus; tanaman pekarangan bertekstur kasar sedang sawah bertekstur halus,
  5. Pola : merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek buatan manusia dan beberapa obyek alamiah yang membentuk susunan keruangan. Contoh: Perumahan real estate dikenali dengan pola yang teratur, sedangkan perkampungan menyebar tidak teratur; perkebunan polanya teratur dan dapat dibedakan dengan vegetasi yang lain;
  6. Bayangan : obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang tampak samar-samar. Namun demikian merupakan faktor penting untuk mengamati obyek-obyek yang tersembunyi. Contoh: cerobong asap pabrik, menara, bak air yang dipasang tinggi akan tampak dari bayangan; lereng yang terjal akan tampak jelas dari bayangan.
  7. Situs : merupakan hasil pengamatan dari hubungan antar obyek di lingkungan sekitarnya atau leta suatu obyek terhadap obyek lain, jadi bukan mencirikan suatu obyek secara langsung. Contoh: situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi memerlukan pengaturan aair yang baik; kompleks permukiman biasanya memanjang di sepanjang jalan, pada tanggul alam, atau igir beting pantai.
  8. Asosiasi : keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain, berdasarkan asosiasi tersebut maka bila telah dikenali satu obyek tertentu maka dapat dijadikan petunjuk bagi obyek yang lain. Contoh: jalan kereta api tentu berasosiasi dengan jalan rel kereta api yang berderet; lapangan sepak bola berasosiasi dengan tiang gawang, tribun penonton bila itu stadion yang besar.
Penggunaan Konvergensi Bukti dalam Identifikasi Obyek

Pada prinsipnya untuk mengenali obyek kita harus dibantu dengan unsur-unsur interpretasi citra tersebut. Penggunaannya boleh satu, dua, atau lebih dari tiga unsur interpretasi. Semakin sulit kita mengenali obyeknya biasanya semakin banyak unsur interpretasi yang digunakan. Sebagai contoh, misalnya pada citra foto udara terlihat tetumbuhan yang tajuknya berbentuk bintang. Pohon tersebut jelas berupa pohon palma, akan tetapi lemungkinannya masih cukup luas. Mungkin palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, nipah, enau, dan sagu. Jadi di dalam contoh ini ada lima kemungkinan bila menggunakan satu unsure interpretasi saja. Bila ditambahkan satu unsur interpretasi citra lagi, misalnya pola (obyeknya tampak denga pola tidak teratur) maka kemungkinan lima obyek ini akan menciut menjadi nipah, enau, atau sagu.

Pohon kelapa dan kelapa sawit biasanya mempunyai pola tanam yang teratur. Kemungkinan yang tinggal tiga itu akan menciut lagi bila ditambah dengan satu unsure interpretasi citra lagi, misalnya ukuran. Bila ukuran pohon itu lebih dari 10 meter, maka kemungkinannya tinggal dua, yaitu enau dan sagu. Pohon Nipah merupakan pohon palma tak berbatang yang tinggi tajuknya hanya sekitar 3 meter. Selanjutnya bila kita tambah lagi satu unsur interpretasi citra lagi yaitu situsnya di tanah becek, dan berair payau, maka kemungkinan tersebut benarbenar menciut menjadi satu titik simput, yaitu bahwa yang tergambar pada foto udara tersebut tidak lain adalah Sagu. Enau merupakan tetumbuhan darat yang tidah terdapat pada air payau. Teknik pembuktian ini (yang semakin menciut) dinamakan sebagai konvergensi bukti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar