Nazerman (46), warga Korong Toboh Marunggai, Nagari Sikucur, Kecamatan V, Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat (Sumbar), kini boleh bangga. Perjuangannya memperkenalkan padi mundam kuriak kini membuahkan hasil. Banyak warga yang sudah menanam padi unggul itu.
Padi mundam kuriak dinilai layak ditanam di daerah rawan bencana, seperti di Sumbar. Pasalnya, selain waktu panen yang relatif lebin cepat dibanding padi biasa, padi tersebut juga menghasilkan hasil maksimal dengan modal yang sedikit. Ini sangat cocok ditanam di daerah bencana, seperti Padangpariaman.
Nazerman menuturkan, saat menanam padi itu dia mendapat ejekan dari warga sekitar. Ia sudah menanam banyak batang, hasilnya itu juga tidak bertambah-tambah. Apalagi ia, menanam satu batang, mana bisa.
Padi mundam kuriak cukup ditanam satu batang untuk petak seluas 25x25 sentimeter persegi. Semantara padi umumnya ditanam sebanyak enam sampai delapan batang untuk petak seluas 20x20 sentimeter persegi.
Selain itu, lanjut Nazerman, pemilihan pupuk juga menjadi bahan ejekan warga. Tapi, kami hanya bisa berbesar hati saja.
Namun kondisi berbalik, setelah lebih dari satu bulan, padi yang ditanamnya sudah membuahkan hasil. Batang padi sudah menghasilkan anak padi. Sebulan kemudian, padi membesar dan batangnya semakin banyak.
Bulan ketiga padinya sudah masak, ternyata hasilnya tidak beda dengan padi yang ditanam banyak batang dan modalnya lebih kecil.
Hasil sekolah lapangan itu sungguh mengagumkan. Selain hasilnya melimpah, padi tersebut dijamin tidak mengandung bahan kimia pabrik. Semuanya dari bahan-bahan alami dan pupuk organik.
Setelah panen, Nazerman berdecak kagum. Dia tak mengira hasil dari usaha kerasnya sangat luar biasa.
Sebelum panen, Nazerman memilih benih. Caranya, ambil serumpun padi yang sudah menguning kemudian disatukan, mana padi yang tinggi itu lah yang diambil bibitnya. Begitulah dilakukan untuk semua padi yang telah masak. Jadi kita tidak perlu mengambil bibit dari luar.
Namun bibit padi yang telah dipilih itu tidak langsung ditanam. Pertama, dilakukan uji ala sekolah lapangan. Gabah yang dipilih itu direndam dalam air garam yang dicampur telur bulat. Nantinya akan terlihat, apa yang terapung berarti bukan bibit.
Yang tenggelam itulah dipilih bibit padi. Keuntungan lain yang kita peroleh adalah tidak memerlukan air yang besar seperti irigasi. Sedangkan desa tempat tinggalnya paling ujung sehingga pasokan air tidak banyak.
Hasil panen yang kita uji ada sembilan petak sawah, dulu hasilnya hanya Rp1,5 juta setiap panen, tapi dengan tanam sebatang ini hasilnya dua kali lipat, ada Rp3,3 juta sekali panen.
Selain itu, untungnya juga kita tidak perlu bibit banyak. Pengetahuan ini tidak didapat dari dinas pertanian tapi dari sekolah lapangan. Kami praktek sendiri belajar sendiri tentu dari pendampingan Bumi Ceria,” ujarnya.
Kini, masyarakat sudah menerapkan padi tanam sebatang tersebut. Bahkan sudah berkembang di Nagari Sikucur Padangpariaman ini. Selain menanam padi, Nazerman berserta 30 rekannya telah menanam sayur-sayuran yang dibutuhkan ketika bencana datang.
Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Disperhutbun) Kabupaten Padangpariaman, Ali Amran, mengatakan, produksi beras untuk Padangpariaman saja ditargetkan mencapai 40 ribu ton, sementara untuk seluruh Sumbar mencapai 800 ribu ton.
Daerahnya memiliki 24.519 hektare lahan pertanian komoditas padi yang hingga tahun 2011 mampu memproduksi 263 ribu ton beras.
Akan tetapi, 45 hektare di antaranya kini sudah beralih fungsi, seperti dijadikan jalan, gedung, perkantoran, dan ada juga lahan produktif yang beralih ke tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit.
Selain itu, 7.900 hektare irigasi mengalami kerusakan pascagempa 30 September 2009 sehingga lahan padi tidak bisa dialiri.
Dari program Bumi ceria yang telah membina 21 nagari, petani yang biasanya memproduksi lima ton beras setiap tahun bisa meningkat menjadi enam ton dengan biaya minim karena seluruhnya dilakukan secara organik.
Diharapkan dari 21 nagari yang dibina Bumi Ceria bisa memberikan kontribusi sebanyak 21 ribu ton.
Deputy of Mission Director/Indonesia, Derrick Brown, mengatakan Padangpariaman merupakan daerah rentan bencana, yakni gempa bumi dan banjir bandang yang berdampak merugikan harta benda masyarakat.
Field-Bumi Ceria merupakan program USAID yang bekerja sama secara bilateral dengan Indonesia. Kerja sama ini antara pemerintah Amerika dan Indonesia dan yang menandatangani kesepakatan Presiden Barack Obama dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Hasil dari program ini masyarakat cukup berhasil dalam bertahan di daerah bencana alam. Dampak positifnya meningkatkan produk pangan. Selain itu, membantu masyarakat sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan mereka. Mereka memanfaatkan ilmu mereka untuk mereka dan mereka bisa mandiri. Itulah hal yang paling penting dalam program ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar