Pengantar Geografi : Runtutan Perkembangan Geografi

Sejarah Perkembangan Geografi

Dasar pengetahuan atau pemahaman geografi berasal dari kesadaran manusia terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Kesadaran bahwa alam (lingkungan fisik) dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh manusia memunculkan pola-pola khas dalam beradaptasi dan berinteraksi. Kesadaran bahwa sumber daya alam yang dapat mendukung hidup manusia tidak tersebar secara merata menjadi dasar untuk membangun peta mental (mind map) untuk memahami letak sumber daya tersebut. 
Perkembangan pengetahuan geografi terbangun secara bertahap. Sistematika, keluasan, dan kedalaman pengetahuan geografi berkembang seiring dengan tingkat kemajuan peradaban. Disiplin geografi pada mulanya tidak tersusun secara sistematis seperti sekarang ini. Pengetahuan mengenai suatu wilayah yang meliputi aspek-aspek alamiah dengan isinya, mula-mula hanya dalam bentuk cerita yang disampaikan oleh seseorang kepada yang lainnya. Tahapan kemajuan pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam menentukan periode perkembangan disiplin geografi. Secara spesifik tahapan perkembangan geografi dikelompokkan menjadi lima periode, yaitu: geografi di era kuno, geografi klasik, abad pertengahan, modern, dan geografi mutakhir. 


Runtutan Perkembangan Geografi

Karakteristik pengetahuan geografi pada periode kuno masih berupa wawasan yang belum tersusun secara sistematis (metodis). Wawasan tersebut terbentuk dari naluri dan pengalaman. Pengetahuan mengenai karakteristik suatu wilayah,objek natural yang khas, dan proses alamiah disampaikan secara lisan (dalam bentuk cerita)dari satu orang kepada yang laindan diwariskan ke generasi berikutnya hingga menjadi sebuah tradisi. Contohnya yaitu wawasan tentang pranoto mongso (penanggalan musim menurut tradisi etnis Jawa) atau bauernkalendar(penanggalan masa tanam menurut tradisi Jerman). Wawasan tersebut merupakan bentuk pengetahuan manusia tentang geografi pada periode kuno yang terwariskan ke generasi saat ini.

Karakteristik pengetahuan geografi periode klasik dipengaruhi oleh paham filsafat dan sejarah.Pensistematisan pengetahuan geografi dimasa itu dipelopori oleh para filsuf di zaman Yunani Kuno. Melalui pemikiran para filsuf tersebut corak pengetahuan tentang bumi berubah dari nuansa mitologi menjadi penyelidikan berdasarkan logika yang sistematis dan metodis. Data yang digunakan oleh para filsuf sebagai bahan penyusunan pengetahuan geografi, yaitu catatan perjalanan selama ekspedisi. Deskripsi karakteristik geografi suatu wilayah yang diperoleh dari ekspedisi tersebut, meliputi: kejadian historis, gejala alam, karakteristik sosial, dan gambaran peta rute perjalanan.

Para filsuf yang menjadi pelopor perkembangan geografi pada periode klasik beserta rincian hasil pemikirannyadiuraikan sebagi berikut.

Thales (624–547 SM) merupakan tokoh yang pertama kali mengajarkan kegiatan berfilsafat. Filsuf di era Yunani Kuno tersebut menjelaskan tentang Bumi dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos, melainkan pada rasio manusia. Thales memeiliki pemikiran bahwa air merupakan bahan dasar segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Bumi merupakan objek yang terletak di atas air atau keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.

Anaximandros (610–546 SM) merupakan tokoh filsuf yang pertama kali menggambarakan peta bumi. Peta tersebut digambar berdasarkan rute perjalanan dari Miletos (Yunani) ke Apollonia di Laut Hitam. Anaximandros memiliki pemikiran bahwa Bumi pada awalnya dibalut oleh udara yang basah. Perputaran yang terus-menerus menjadikan air yang terkandung dalam udara basah tersebut luruh dan mengendap menjadi air laut. Bumi berbentuk silinder yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya dengan jarak yang sama dengan semua benda lain.

Herodotus (484–425 SM) merupakan tokoh filsuf yang di anggap sebagai ahli sejarah dan geografi. Satu-satunya karya tokoh tersebut, yaitu buku Historia yang berisi tentang penyelidikan sejarah perang Yunani–Persia. Informasi geografi yang terdapat dalam karya tersebut, yaitu catatan tentang etnografi bangsa Mesir dan gambaran peta dunia. Berdasarkan penyelidikan terhadap keadaan alam dan etnografi bangsa Mesir, Herodotus mengemukakan sebuah konsep bahwa perkembangan masyarakat berhubungan erat dengan dengan faktor-faktor geografis. Peta yang digambarkan Herodotus membagi dunia menjadi tiga region, meliputi: kawasan Eropa, Asia, dan Libya (Afrika).

Heraclides Ponticus (310–390 SM) merupakan tokoh filsuf yang pertama kali mencetuskan teori heliosentris. Heraclides berpendapat bahwa Bumi, Venus, dan Merkurius bergerak mengelilingi Matahari. Selain bergerak mengelilingi Matahari, Bumi juga berputar pada porosnya dengan pola perputaran dari barat ke timur. Gerak rotasi Bumi tersebut menyebabkan bintang-bintang di langit seolah-olah bergerak atau berpindah-pindah posisinya.

Pytheas (350–285 SM) merupakan tokoh filsuf yang pertama kali melakukan penyelididkan kondisi geografis kawasa Arktik (kutub utara). Berdasarkan hasil ekspedisi tersebut Pytheas mengemukakan dua temuan yang menjadi dasar bagi perkembangan disiplin geografi modern. Temua pertama yaitu tentang pemikiran bahwa pasang surut air laut disebabkan oleh gaya gravitasi bulan. Temuan kedua yaitu perbedaan waktu antara siang dan malam di daerah kutub. Di musim panas, waktu malam di daerah kutub lebih pendek di bandingkan waktu siang. Di musim dingin kondisi itu berlaku sebaliknya, waktu malam di daerah kutub lebih panjang di bandingkan waktu siang.

Dicaearchus (350–285 SM) merupakan tokoh filsuf Yunani Kuno yang pertama kali menggambarkan peta dunia dengan jaring-jaring koordinat. Dalam karyanya yang berjudul Circuit of the Earth, Dicaerchus mendeskripsikan cara pembuatan jaring-jaring derajat pada peta berdasarkan pengukuran sudut pancaran sinar matahari yang jatuh ke permukaan bumi. Pembuatan jaring-jaring koordinat tersebut menjadi dasar bagi para ilmuwan di zaman modern dalam menggambarkan peta yang akurat. 

Eratosthenes (276 –195 SM) merupakan tokoh filsuf Yunani Kuno yang pertama kali mencentuskan istilah geographein untuk mendeskripsikan dan menggambarkan Bumi. Beberapa temuannya, yaitu: perhitungan keliling bumi, kemiringan sumbu bumi, jarak dari bumi ke matahari, perhitungan hari kabisat, penggambaran peta dunia yang dilengkapi dengan sumbu paralel dan meridian.Semua tata cara perhitungan yang dirumuskan Eratosthenes tersebut digunakan oleh para ilmuwan di zaman modern.

Claudius Ptolomaeus merupakan ahli astronomi dan geografi yang pertama kali memperkenalkan penggolongan iklim. Klasifikasi iklim tersebut didasarkan pada penghitungan lama penyinaran matahari di setiap wilayah. Zonasi iklim yang diklasifikasikan oleh Claudius Ptolomaeus terdiri dari 39 climata, dimulai dari khatulistiwa hingga kawasan kutub.

***

Karakteristik pengetahuan geografi abad pertengahan berupa deskripsi yang berasal dari catatan perjalanan: para pedagang dalam menemukan rute perdagangan antarbenua, para misionaris dalam menyebarkan agama di daerah-daerah baru, dan penjelajahan tentara dari kerajaan-kerajaan besar di Eropa dalam mencari kawasan koloni. Catatan perjalanan jalurdarat ”Jalan Sutera” (rute perdagangan antara Tiongkok dengan Timur Tengah)dan laporan pelayaran antarbenua merupakan sumber materi geografi yang sangat berharga. Deskripsi tentang karakteristik daerah-daerah baru yang ditemukan oleh para penjelajah dan konsep geografi yang bersifat matematis menjadi tolok ukur perkembangan pengetahuan geografipada masa itu atau diistilahkan dengan ”Revolusi Geografi.”

Para penjelajah dan ilmuwan yang menjadi pelopor perkembangan geografi periode abad pertengahan beserta rincian hasil pemikirannya diuraikan sebagai berikut.

Marco Polo (1254–1324) merupakan seorang pedagang dari Venesia (Italia) yang melakukan penjelajahan hampir ke seluruh Asia. Pada masa itu bangsa Eropa tidak mengenal tentang Asia, sehingga catatan perjalanannya merupakan referensi geografi yang berharga. Deskripsi Marco Polo tentang Cina, Mongolia, India, dan kawasan Asia lainnya menjadi rujukan bagi para ilmuwan Eropa untuk mempelajari kebudayan bangsa-bangsa di Asia. Pada masa kini, catatan perjalanan Marco Polo menjadi referensi untuk mengkaji sejarah kerajaan besar di Asia yang telah punah.

Christopher Columbus (1451–1506) merupakan seorang penjelajah dan pedagang dari Genoa (Italia). Perjalannanya dalam mencari ”dunia baru” (wilayah di luar Eropa) menunjukan hasil yang gemilang ketika menemukan benua Amerika. Catatan perjalanan beserta perhitungan navigasi yang dituliskan Colombus menjadi rujukan bagi pelayaran berikutnya menuju ”dunia baru.” Pendaratan Colombus ke Amerika merupakan tonggak sejarah atau awal dimulainya ekspansi bangsa-bangsa Eropa ke Amerika.

Ferdinand Magelhaens (1480–1521) merupakan manusia pertama yang berhasil mengelilingi dunia. Pelayaran yang dipimpinnya menempuh rute yang belum pernah dilalui oleh pejelajah Eropa lainnya, yaitu menyusuri pantai timur benua Amerika–mengarungi perairan Antartika (Kutub Selatan)–melintasi Kepulauan di Oceania dan Asia Tenggara.Catatan perjalanan beserta perhitungan navigasi yang dituliskan Magelhaens selam berlayar mengelilingi dunia menjadi rujukan bagi pelayaran bangsa-bangsa Eropa menuju sumber rempah-rempah di kawasan Asia Tenggara.

Nicolaus Copernicus yang paling fundamental dalam bidang sains, yaitu pengembangan teori heliosentrisme. Teorinya tentang Matahari sebagai pusat Tata Suryamenyanggah keseluruhan substansi teori geosentris tradisional yang menempatkan Bumi di pusat alam semesta.Teori yang dikemukakan Copernicus dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting sepanjang masa dan merupakan fundamental bagi revolusi sains modern.

***

Karakteristik pengetahuan geografi modern telah berkembang menjadi displin ilmiah yang terklasifikasikan dalam beberapa bidang, misalnya: geografi fisik, lingkungan, dan budaya. Perkembangan geografi pada periode ini dipengaruhi oleh fenomena revolusi industri di negara-negara Eropa dan Amerika. Para ilmuwan cenderung memusatkan pengkajian geografi pada aspek perubahan sosial dan eksplorasi sumberdaya alam yang dapat mendukung aktivitas industri. Contoh aspek perubahan sosial yang banyak dikaji oleh para geograf pada periode ini, yaitu fenomena urbanisasi dan perubahan kararakterisktik masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Contoh aspek fisik yang banyak dikaji oleh para geograf pada periode ini, yaitu pencarian bahan-bahan mineral tambang yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri.

Para ilmuwan yang menjadi pelopor perkembangan geografi modern beserta rincian hasil pemikirannya diuraikan sebagai berikut.

Immanuel Kant (1724-1804) dipandang sebagai filsuf yang merumuskan dasar-dasar geografi modern. Pemikiran geografis yang ia dikemukakan mempengaruhi pola pikirilmuwan lainnya. Menurut Kant, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta yang berasosiasi dalam ruang. Bidang kajian ilmu tersebut, meliputi: geografi fisik, matematika, moral, politik, perdagangan, dan teologis.

Alexander Baron Van Humboldt (1769–1859) dianggap sebagai ilmuwan yang merumuskan dasar-dasar geografi fisik. Temuan yang diperoleh dari hasil ekspedisi di kawasan Amerika Selatan, meliputi: deskripsi kondisi iklim regional, penyelidikan terhadap penyebab timbulnya badai tropis, persebaran tumbuhan, dan penelitian tentang gunung-gunung berapi di benua tersebut. Pemahaman Humboldt terhadap fenomena alam bersifat holistik dengan cara menjelasakan keterkaitan berbagai unsur-unsur lingkungan. Pemikiran tersebut diadaptasikan oleh para ahli geografi sebagai pendekatan kelingkungan.

George Peskins Marsh merupakan ilmuwan geografi yang memiliki perhatian khusus terhadap pentingnya mengkonservasi sumberdaya alam. Pemahaman Marsh terhadap hubungan anatra manusia dengan lingkungan bersifat posibilis. Pengaruh manusia lebih besar terhadap kondisi lingkungan, dibandingkan dengan pengaruh lingkungan terhadap manusia.

Ferdinand von Richthofen (1833–1905) merupakan ilmuwan geografi yang merumuskan prinsip korologi. Pemaham Richthofen terhadap fenomena geografi di suatu wilayah dapat disebabkan oleh interaksi berbagai faktor, meliputi: susunan keruangan, fisik, biotik,dan manusia. Untuk dapat memahami suatu fenomena secara utuh, masing-masing faktor tersebut perlu dikaji secara teliti dan diuraikan hubungan antar faktor.

***

Karakteristik pengetahuan geografi mutakhir cenderung bersifat kuantitatif. Hasil analisis geografi diwujudkan dalam bentuk perhitungan statistik. Penggunaan citra satelit sebagai alat bantu penggalian data dan piranti komputer sebagai alat bantu analisis menjadi kebutuhan utama bagi para geograf dalam mengkaji suatu masalah. Pengkajian geografi pada periode ini berorientasi pada masalah interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Semenjak terjadi revolusi industri di negara-negara Eropa dan Amerika pada abad ke-19, peradaban manusia berubah dari pola determinis (dipengaruhi oleh lingkungan) menjadi posibilis (mempengaruhi lingkungan). Perubahan pola interkasi tersebut menjadi awal perubahan kondisi lingkungan fisik secara regional maupun global. Pengkajian para geograf terhadap perubahan atau kerusakan lingkungan ditujukan untuk: menemukan metode pengelolaan sumber daya alam yang ramah lingkungan, pengendalian kerusakan lingkungan, penataan perilaku sosial agar laju kerusakan lingkungan dapat diperlambat, dan mencari sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

Sintesis (makna inti) yang diperoleh dari uraian tentang sejarah perkembang geografi, yaitu penyempurnaan geografi sebagai sebuah displin ilmiah dilakukan secara bertahap, berkelanjutan, dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Karakteristik pengetahuan geografi dipengaruhi oleh taraf peradaban dan isu-isu global yang populer di setiap era. Pengetahuan geografi di zaman kuno berupa wawasan yang terwariskan ke setiap generasi secara lisan (tidak tertulis), karena peradaban manusia di masa itu masih belum mengenal bahasa tulis. Pengetahuan geografi periode klasik dipengaruhi oleh perubahan pola pikir manusia dari dogma mitos menjadi rasional berlandaskan filsafat. Pengetahuan geografi abad pertengahan dipengaruhi oleh upaya-upaya manusia dalam mencari ”dunia baru.” Pengetahuan geografi modern dipengaruhi oleh isu global ”revolusi industri.” Pengetahuan geografi mutakhir dipengaruhi oleh isu global konservasi sumberdaya alam untuk pembangunan berkelanjutan. Karakteristik pengetahuan geografi di masa mendatang diperkirakan akan mengalami perubahan menyesuaikan pasang-surut peradaban manusia dan isu global yang muncul di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar